Oleh Isah Cahyani
Salah satu tujuan utama pengajaran bahasa
adalah mempersiapkan siswa untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan
bahasa yang alamiah. Agar interaksi dapat bermakna bagi siswa, perlu didesain
secara mendalam program pembelajaran bahasa Indonesia. Desain yang bertumpu
pada kontekstual, konstruktif, komunikatif, intergratif, dan kuantum yang
didasari oleh kompetensi dasar siswa.
Kemampuan berbahasa Indonesia berarti siswa terampil menggunakan bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi. Terampil berbahasa berarti terampil
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia. Menghayati
bahasa dan sastra Indonesia berarti siswa memiliki pengetahuan bahasa dan
sastra Indonesia, dan memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra
Indonesia.
1. Pengertian Metodologi Pembelajaran Bahasa
Strategi pembelajaran merupakan aspek penting dalam kemajuan pendidikan di
sekolah. Apalagi saat ini, Indonesia mulai berbenah diri dalam pelaksanaan pendidikan
bagi warganya mulai diversifikasi kurikulum yang dapat melayani kemampuan
sumber daya manusia, kemampuan siswa, sarana pembelajaran, dan budaya di
daerah. Guru diharapkan menjadi seorang yang kaya akan teknik pembelajaran dan
mampu menerapkan kapan, di mana, bagaimana, dan dengan siapa diterapkan metode
tersebut. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sebenarnya aspek yang juga
paling penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan metode
pembelajaran.
Strategi meliputi pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan adalah konsep
dasar yang melingkupi metode dengan cakupan teoritis tertentu. Metode merupakan
jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai
metode. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian
tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif. Satu
metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik adalah
cara konkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Pendekatan komunikatif menekankan pada bahasa sebagai alat berkomunikasi.
Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah agar siswa terampil menggunakan bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi. Komunikasi tidak selalu bersifat formal atau
resmi tetapi juga mungkin bersifat tidak formal. Karena itu bahan pengajaran
tidak hanya ditekankan kepada ragam baku tetapi juga ragam lainnya. Bahan
pengajaran bahasa harus sesuatu yang bermakna bagi siswa. Hal ini diwujudkan antara
lain dalam pemilihan bahan pengajaran yang berkaitan dengan ragam-ragam
komunikasi seperti tersebut di atas.
Guru bahasa Indonesia harus menyadari sungguh-sungguh bahwa keterampilan
menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi akan tercapai bila siswa diberi
kesempatan: memahami teori, mempraktikkan teori, serta berlatih menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Metode adalah cara-cara mengajar yang telah disusun berdasarkan prinsip dan
sistem tertentu (Basennang, 1989:45). Hakikat metode pengajaran bahasa
berdasarkan pendapat Basennang sesungguhnya tidak lain adalah persoalan
pemilihan bahan yang akan diajarkan, penentuan cara-cara penyajiannya, dan cara
mengevaluasinya. Orientasi pada tujuan pengajaran yang ingin dicapai.
Teknik merupakan satu rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara teratur
bahan-bahan pengajaran bahasa, tidak ada bagian-bagian yang saling bertentangan
dan semuanya berdasarkan pada asumsi pendekatan (Parera,1993:93). Menurut
Parera, sebuah metode ditentukan oleh:
1) Hakikat bahasa
2) Hakikat belajar mengajar bahasa
3) Tujuan pengajaran bahasa
4) Silabus yang digunakan
5) Peran guru, siswa, dan bahan pengajaran.
Metodologi adalah ilmu mengenai metode, dan istilah metode ini mencakup:
silabus, pendekatan, strategi/teknik, materi, dan gaya guru. (H.G.
Tarigan,1989:18). Jadi dalam setiap pengajaran diperlukan suatu metode untuk
mencapai tujuan pengajaran tersebut.
Setiap metode pengajaran bahasa pada dasarnya menginginkan hasil yang sama
yaitu agar para siswa dapat membaca, berbicara, memahami, menerjemahkan, dan
mengenali penerapan-penerapan tata bahasa yang dipelajari.
Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi
yang di dalamnya terdapat pendekatan, metode, dan teknik secara spesifik.
3. Jenis-Jenis Metode Pengajaran Bahasa Indonesia
Proses belajar mengajar mencakup sejumlah komponen. Komponen proses belajar
mengajar tersebut adalah siswa, guru, tujuan, bahan, metode, media, dan
evaluasi. (C.E. Beeby, 1982 dalam Djago Tarigan, 1995:18) salah satu kelemahan
dalam pengajaran, termasuk pengajaran bahasa, di SD adalah dalam komponen
metode. Guru cenderung mengajar secara rutin, kurang bervariasi dalam
menyampaikan bahan pengajaran.
Cara mengajar guru sangat berpengaruh kepada cara belajar siswa. Bila guru
mengajar hanya dengan metode ceramah maka dapat diduga siswa belajar secara
pasif dan hasilnya pun berupa pemahaman materi bersifat teoritis. Belajar
melalui pengalaman semakin jauh dari kenyataan.
Untuk mengatasi hal itu maka setiap guru, juga guru bahasa Indonesia, di SD
harus mengenal, memahami, menghayati, dan dapat mempraktikkan berbagai metode
pengajaran bahasa. Minimal ada 14 metode yang pantas dikuasai oleh guru (Djago
Tarigan, 1995:19). Metode yang dimaksud adalah:
1. metode penugasan
2. metode eksperimen
3. metode proyek
4. metode diskusi
5. metode widyawisata
6. metode bermain peran
7. metode demonstrasi
8. metode sosiodrama
9. metode pemecahan masalah
10. metode tanya jawab
11. metode latihan
12. metode ceramah
13. metode bercerita, dan
14. metode pameran
Mungkin sekali tidak semua metode tersebut di atas cocok digunakan sebagai
metode pengajaran bahasa Indonesia di SD. Tetapi sebagian di antaranya dapat
digunakan sebagai metode pengajaran bahasa Indonesia di SD.
Proses pembelajaran bahasa Indonesia harus bertumpu ke siswa sebagai subjek
belajar. Materi pembelajaran bahasa Indonesia terintegrasi dengan penggunaan
bahasa Indonesia dewasa ini. Pembelajaran diarahkan ke pemakaian sehari-hari
baik lisan maupun tulis dalam konteks bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa
indonesia tersebut di antaranya melalui wacana tulis dan lisan. Wacana tulis
berkembang melalui buku pengetahuan, surat kabar, iklan, persuratan, dan
lainnya. Sedangkan wacana lisan berkembang melalui percakapan sehari-hari,
radio, televisi, pidato, dan sebagainya. Dengan begitu, siswa pembelajar bahasa
Indonesia dapat mengikuti zamannya.
Yang belajar dalam kelas adalah siswa bukan guru. Siswa hendaklah diarahkan ke
pengembangan potensi diri sendiri. Bukankah siswa hidup di zaman ini? Artinya,
segala masalah kebahasaan yang perlu dimainkan di sekolah haruslah juga sesuai
dengan zamannya. Kata, kalimat, paragraf, bahkan tulisan harus bernuansa
kekinian. Sumber kebahasaan yang digunakan oleh guru juga harus mengacu ke
minat dan harapan siswa. Dengan begitu, siswa dapat tertarik dengan
pembelajaran bahasa Indonesia.
4. Aplikasi Teknik Pengajaran Bahasa Indonesia di SD
Bahasa Indonesia diajarkan pada setiap jenjang sekolah mulai dari jenjang
sekolah dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi. Walaupun pengajaran bahasa
Indonesia sudah dilaksanakan secara ekstensif dalam lembaga pendidikan formal,
hasilnya belum memuaskan. Kemampuan berbahasa Indonesia para siswa lulusan SD,
SMP, ataupun SMA belum memadai. Bahkan para dosen pembimbing skripsi di perguruan
tinggi pun sering mengeluh karena kemampuan berbahasa mahasiswanya kurang
memuaskan.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas dan diperkuat lagi oleh pentingnya
bahasa bagi manusia maka wajarlah apabila guru membenahi dan memantapkan
kembali pengajaran bahasa Indonesia. Pemantapan pengajaran ini harus
berlangsung serempak pada setiap jenjang pendidikan pengajaran bahasa harus
menghasilkan siswa-siswa yang terampil menggunakan bahasa Indonesia sebagai
sarana komunikasi. Terampil berbahasa bermakna terampil menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia.
Pengajaran bahasa di SD memiliki nilai strategis. Pada jenjang inilah pertama
kalinya pengajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah.
Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk menanamkan tiga hal. Pertama, guru
dapat menanamkan pengetahuan dasar bahasa Indonesia. Kedua, guru dapat
menumbuhkan rasa memiliki, mencintai, dan bangga akan bahasa Indonesia pada
diri siswanya. Ketiga, guru dapat meningkatkan keterampilan berbahasa para
siswa-siswanya. Siswa yang sudah dibekali dengan landasan yang kuat mengenai
pengetahuan sikap positif terhadap pengajaran bahasa Indonesia, dan
keterampilan berbahasa yang bersangkutan akan lebih mudah menyelesaikan
studinya.
Langkah awal yang harus dilalui oleh guru sebelum merencanakan dan melaksanakan
pengajaran bahasa Indonesia di SD adalah memahami benar-benar pedoman petunjuk
atau karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Pedoman ini dapat kita
baca pada kurikulum dengan perangkatnya, buku-buku pengajaran bahasa, dan
buku-buku mengenai bahasa dan sastra Indonesia.
Sebagian besar dari siswa SD tidak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
ibu, tetapi bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Melalui kegiatan belajar
mengajar di SD mereka diperkenalkan dengan bahasa Indonesia. Melalui kegiatan
belajar mengajar bahasa Indonesia ini pula dapat ditumbuhkan nasionalisme untuk
mencintai Indonesia terhadap anak-anak daerah berlangsung secara formal.
Melalui pengajaran bahasa di SD diharapkan siswa mendapat bekal yang mantap
untuk mengembangkan dirinya dalam pendidikan berikutnya dan hidup
bermasyarakat. Dalam bidang pengetahuan siswa memiliki pemahaman dasar-dasar
kebahasaan terutama bahasa baku. Dalam bidang afektif siswa harus diarahkan agar
mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Ahli pengajaran bahasa yang terkenal, (Macky,1972 dalam Djago Tarigan, 1995:
21) menyatakan bahwa metode bersifat netral, tidak ada metode yang baik dan dan
tidak ada metode yang jelek . Baik atau buruknya sesuatu metode ditentukan oleh
guru yang menggunakan metode tersebut. Bila guru dapat menggunakan metode
tersebut maka maka metode itu menjadi baik. Sebaliknya, bila guru menggunakan
metode itu secara tidak tepat maka metode itu pun menjadi tidak baik.
Metode yang digunakan dengan tepat, atau metode yang baik dapat memberikan
dampak, antara lain:
1) Memikat, menantang atau merangsang siswa untuk belajar.
2) Memberikan kesempatan yang luas serta mengaktifkan siswa secara mental dan
fisik dalam belajar. Keaktifan itu dapat berwujud latihan, praktek atau mencoba
melaksanakan sesuatu.
3) Tidak terlalu menyulitkan fungsi guru dalam penyusunan, pelaksanaan, dan
penilaian program pengajaran.
4) Dapat mengarahkan kegiatan belajar ke arah tujuan pengajaran.
5) Tidak menuntut peralatan yang rumit, mahal, dan sukar mengoperasikannya.
6) Mengembangkan kreativitas siswa.
7) Menggali dan mengembangkan potensi siswa secara individu maupun secara
kelompok.
8) Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
9) Mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat Macky tersebut di atas dapat pula kita katakan bahwa
metode pengajaran bahasa Indonesia pun bersifat netral. Ia menjadi baik di
tangan guru yang tepat menggunakannya. Ia akan menjadi jelek di tangan guru
yang salah menggunakannya. Guru diharapkan dapat memilih dan menerapkan metode
pengajaran yang tepat dalam setiap proses belajar mengajar di kelas. Metode
yang dipilih dan diterapkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, bahan
pembelajaran, keadaan siswa seperti kemampuan, minat, dan lingkungannya. Metode
pengajaran itu harus pula bervariasi dan memberikan pengalaman berbahasa yang
beraneka bagi siswa,
merangsang siswa untuk belajar, serta memudahkan siswa memahami bahan
pembelajaran. Metode yang dipilih pun harus mudah dioperasikan dan tidak
menuntut peralatan yang rumit.
Dengan demikian berbagai pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
seperti: menyimak, berbicara, membaca, menulis, apresiasi sastra, dan
kebahasaan membutuhkan metodik khusus untuk menunjang terlaksananya tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
1. Teknik Pengajaran Menyimak
Menyimak atau mendengarkan adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa.
Menyimak berkaitan erat dengan berbicara, membaca, dan menulis. Namun hubungan
antara menyimak dan berbicara lebih erat bila dibandingkan dengan hubungan
antara menyimak dan membaca ataupun menyimak dan menulis. Komunikasi lisan
tidak akan berjalan bila menyimak tidak disertai berbicara atau sebaliknya
berbicara mestilah disertai kegiatan menyimak.
Guru bahasa Indonesia di SD harus berupaya agar pengajaran menyimak disenangi
oleh siswa. Hal ini dapat terlaksana apabila guru benar-benar menguasai materi
dan cara atau metode pengajaran menyimak. Khusus dalam metode pengajaran
menyimak tersebut guru harus mengenal, memahami, menghayati, serta dapat
mempraktikkan berbagai cara pengajaran menyimak. Teknik pengajaran menyimak
yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar,
antara lain:
a. Teknik Simak – Ulang Ucap
Teknik simak – ulang ucap biasanya digunakan dalam melatih siswa melafalkan
dengan tepat unit-unit bahasa mulai dari unit terkecil sampai unit terbesar
misalnya fonem, kata, kelompok kata, kalimat, dan paragraf atau wacana pendek.
Model ucapan yang akan diperdengarkan dan tiru oleh siswa harus dipersiapkan
secara cermat oleh guru. Bila memungkinkan guru dapat merekam model itu dalam
pita rekaman.
Di samping hal tersebut di atas, metode simak – ulang ucap sangat baik untuk
melatih siswa mengucapkan kembali atau meniru lagu kalimat, tekanan kalimat,
dan tekanan kata dalam puisi.
b. Teknik Simak – Kerjakan
Teknik simak-kerjakan dalam pengajaran menyimak digunakan dalam memperkenalkan
dan membiasakan siswa akan suruhan atau perintah. Biasanya suruhan atau
perintah itu tersirat dalam kata kerja dasar, kata kerja berakhiran –kan, -i,
atau –lah. Model suruhan atau perintah dipersiapkan oleh guru lalu disampaikan
secara lisan kepada siswa.
c. Teknik Simak – Tulis
Teknik simak – tulis dikenal juga dengan dikte. Latihan dikte menuntut
keseriusan siswa seperti memusatkan perhatian, mengenali fonem, tanda-tanda
baca, penulisan huruf besar, membedakan ujaran langsung dan tak langsung,
memperhatikan permulaan atau akhir paragraf dsb.
2. Teknik Pengajaran Berbicara
Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang
baik memberikan contoh yang dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara
yang baik memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Keterampilan berbicara menunjang pula keterampilan menulis sebab pada
hakikatnya antara berbicara dan menulis terdapat kesamaan dan perbedaan.
Dua-duanya bersifat produktif. Dua-duanya berfungsi sebagai penyampai, penyebar
informasi. Bedanya terletak dalam media. Bila berbicara menggunakan media
bahasa lisan maka menulis menggunakan bahasa tulisan. Namun keterampilan
menggunakan bahasa lisan akan menunjang keterampilan bahasa tulis. Begitu juga
kemampuan menggunakan bahasa dalam berbicara jelas pula bermanfaat dalam memahami
bacaan. Apalagi dalam cara mengorganisasikan isi pembicaraan hampir sama dengan
cara mengorganisasikan isi bahan bacaan.
Keterampilan berbicara bersifat mekanistis. Semakin sering dilatihkan atau
digunakan semakin lancar orang berbicara. Pembinaan dan pengembangan
keterampilan berbicara harus melalui pendidikan atau pengajaran berbahasa. Hal
ini dapat berlangsung di dalam dan di luar sekolah.
Pembinaan dan pengembangan keterampilan berbicara siswa di sekolah menjadi
tanggung jawab guru-guru bahasa Indonesia. Mereka harus dapat menciptakan
suasana dan kesempatan belajar berbicara bagi siswa-siswa. Mereka harus sabar
dan tekun memotivasi dan melatih siswa berbicara. Karena itu guru bahasa
Indonesia harus mengenal, mengetahui, menghayati, dan dapat menerapkan berbagai
teknik, teknik atau cara mengajarkan keterampilan berbicara, sehingga
pengajaran berbicara menarik, merangsang, bervariasi, dan menimbulkan minat
belajar berbicara bagi siswa. Teknik pengajaran berbicara yang dapat diterapkan
untuk pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, antara lain:
a. Teknik Ulang-Ucap
Teknik ulang-ucap sangat baik digunakan dalam melatih siswa mengucapkan atau
melafalkan bunyi bahasa kata, kelompok kata, kalimat, ungkapan, peribahasa,
semboyan, kata-kata mutiara, paragraf, dan puisi yang pendek. Pada kelas-kelas
rendah teknik ini biasa digunakan dalam melatih siswa mengucapkan fonem
kata-kata, dan kalimat-kalimat yang pendek. Model ucapan harus jelas, jernih,
dan tepat. Guru bahasa harus dapat menjadi model yang akan ditiru oleh siswa.
Model ucapan ini dapat berupa ucapan langsung atau lisan dan dapat pula berupa
rekaman. Berikut ini disajikan beberapa contoh dalam bentuk kegiatan guru dan
siswa pada pembelajaran berbicara di Sekolah Dasar.
b. Teknik Lihat – Ucap
Teknik lihat-ucap digunakan dalam merangsang siswa mengekspresikan hasil
pengamatannya. Yang diamati dapat berbagai hal atau benda, gambar benda, atau
duplikat benda. Pada kelas-kelas rendah benda yang diperlihatkan untuk diamati
sebaiknya benda-benda yang dekat dengan kehidupan siswa. Lebih baik lagi bila
benda itu nyata. Jadi bukan benda atau hal yang bersifat abstrak. Bila benda
atau hal yang bersifat abstrak dapat diberikan pada kelas-kelas lanjutan.
c. Teknik Deskripsi
Deskripsi berarti menggambarkan, melukiskan, atau memerikan sesuatu secara
verbal. Teknik deskripsi digunakan untuk melatih siswa berani berbicara atau
mengekspresikan hasil pengamatannya terhadap sesuatu. Melalui deskripsi ini,
pembicara menggambarkan sesuatu secara verbal kepada para pendengarnya.
3. Teknik Pengajaran Membaca
Keterampilan membaca perlu sekali dikuasai oleh setiap siswa. Pertama, saat
siswa dalam proses penyelesaian studinya keterampilan membaca diperlukan dalam
mempelajari setiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran pasti memiliki buku
teks yang harus dicerna oleh siswa. Kedua, bila siswa nantinya terjun dalam
kehidupan bermasyarakat di luar sekolah keterampilan membaca itu tetap sangat
diperlukan. Misalnya membaca koran, majalah, dsb. Bahkan dalam keadaan santai
pun keterampilan ini tetap diperlukan. Misalnya membaca menu di restoran saat
beristirahat, membaca teks film, dsb.
Pengembangan keterampilan membaca tersebut pertama-tama dibebankan kepada guru
bahasa Indonesia di SD. Melalui pengajaran bahasa Indonesia, pokok bahasan membaca,
guru harus mengarahkan siswanya agar dapat:
1) membaca atau melek huruf,
2) memahami pengertian dan peranan membaca,
3) memahami teori dasar membaca,
4) memiliki minat baca,
5) memiliki keterampilan membaca.
Melalui pokok bahasan membaca siswa mengenal, memahami, dan menghayati struktur
bahasa mulai dari struktur yang terkecil sampai struktur yang terbesar.
Struktur bahasa mencakup delapan aspek. Secara berjenjang struktur bahasa itu
diurutkan sebagai berikut:
1) fonem,
2) morfem,
3) kata,
4) frasa,
5) klausa,
6) kalimat,
7) paragraf, dan
8) wacana.
Jenis kegiatan membaca ada bermacam-macam. Namun yang terpenting diantaranya
adalah kegiatan membaca pemahaman. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang
diikuti siswa semakin tinggi pula tuntutan penguasaan Keterampilan membaca
pemahaman tersebut. Aktivitas siswa dalam membaca pemahaman selalu mengacu
kepada pengecekan pemahaman siswa terhadap isi bacaan. Termasuk di dalamnya
pemahaman kata, ungkapan, kalimat, isi paragraf, bacaan. Termasuk di dalamnya
pemahaman kata, ungkapan, kalimat, isi paragraf, dan isi wacana dan akhirnya
siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan.
Guru harus berupaya agar pengajaran membaca disukai oleh siswa. Hal ini dapat
terlaksana apabila guru telah menguasai materi dan cara penyampaian materi.
Dalam segi penyampaian materi guru harus sudah mengenal, mamahami, menghayati,
dan dapat
menerapkan berbagai teknik pengajaran membaca. Berikut ini disajikan beberapa
contoh dalam bentuk kegiatan guru dan siswa pada pembelajaran membaca di Sekolah
Dasar.
a. Teknik Lihat dan Baca
Guru mempersiapkan dengan cermat bahan bacaan yang akan diperlihatkan kepada
siswa. Bahan bacaan tersebut dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan,
semboyan, atau puisi-puisi pendek. Khusus dalam membaca permulaan bahan bacaan
disertai bendanya atau gambar bendanya.
4. Teknik Pengajaran Menulis
Di sekolah pihak yang paling berkompeten menumbuhkan keterampilan menulis ini
adalah guru bahasa Indonesia. Mereka harus melatih anak didiknya agar terampil
menulis. Lebih-lebih guru bahasa Indonesia di SD harus dapat menumbuhkan
keterampilan menulis ini pada setiap siswanya.
Menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau
pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui
bahasa itu akan dimengerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa
yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti.
Keterampilan mengekspresikan pikiran melalui bahasa yang teratur, sistematis,
sederhana, dan mudah dimengerti itulah yang harus dilatih oleh guru bahasa
Indonesia pada siswanya. Hal ini bisa dicapai melalui latihan menulis terarah
dan berencana. Misalnya latihan menulis dalam bentuk yang paling sederhana,
biasa, dan sukar. Berikut ini disajikan beberapa contoh dalam bentuk kegiatan
guru dan siswa pada pembelajaran menulis di Sekolah Dasar.
a. Teknik Menggambar Garis
Menggambar garis digunakan dalam pengajaran pra-menulis. Tujuannya melatih
otot-otot tangan agar terbiasa melakukan gerak dalam menulis. Garis-garis yang
digambar adalah garis lurus, melengkung, membulat, dsb. Semua garis-garis
tersebut relevan dengan penulisan huruf atau abjad. Dengan perkataan lain
menggambar garis merupakan persiapan ke arah penulisan huruf.
Contoh kegiatan guru dan siswa pada saat menggambar garis tegak lurus:
Guru : Anak-anak lihat baik-baik garis berikut!
Siswa : (Melihat cara membuat garis dan gambar garis).
Guru : Sekarang anak-anak meniru Ibu menggambar garis lurus. Masing-masing
menggambar di udara atau di awang-awang dahulu. Lihat baik-baik gerak tangan
Ibu.
Siswa : Mengikuti dan meniru gerak tangan dari atas ke bawah membentuk garis
lurus.
Guru : Sekarang lakukan hal tadi dalam bukumu masing-masing.
Siswa : (Menggambar garis-garis tegak di bukunya masing-masing).
Guru : (Berkeliling kelas memperhatikan siswa menggambar garis serta menolong
siswa yang mengalami kesulitan).
b. Teknik Menyalin Huruf
Mengarahkan siswa agar dapat menyalin huruf harus berencana, terarah, selangkah
demi selangkah. Mula-mula guru memperlihatkan gambar huruf yang cukup besar.
Gambar itu dapat ditempelkan pada papan tulis. Atau setiap siswa mendapat kartu
huruf tersebut.
Setelah mengamati gambar huruf siswa mengikuti garis-garis gambar dengan ujung
pensil atau ujung jarinya. Petunjuk garis mana yang pertama diikuti dan arahnya
ke mana sangat membantu siswa. Langkah berikutnya menghubungkan titik-titik
pada gambar huruf yang sebagian garisnya dihilangkan. Sekali arah panah
membantu siswa dalam bekerja. Setelah langkah pertama dan kedua dilakukan
berulang-ulang siswa siap dan dapat menyalin huruf itu secara utuh. Begitu juga
dengan huruf-huruf lainnya yang sama dilakukan oleh siswa. Akhirnya siswa dapat
menuliskan huruf.
5. Teknik Pengajaran Apresiasi Sastra
Pengajaran apresiasi sastra di SD pada dasarnya ingin menanamkan hakikat
apresiasi itu pada tingkat yang paling dasar. Itulah sebabnya materi pelajaran
kadang-kadang diambil dari puisi atau prosa yang isinya sejalan dengan
perkembangan jiwanya.
Sastra diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, sampai sekolah menengah atas. Materi pengajaran
sastra untuk ketiga jenjang pendidikan tersebut di atas tersusun secara lengkap
dan utuh. Khusus untuk Sekolah Dasar materi sastra itu mencakup:
1) mitologi, dongeng, dan hikayat dari berbagai daerah,
2) cerita (fiksi) asli dan edisi yang disederhanakan,
3) puisi anak dan puisi modern/lama yang sederhana, dan
4) drama anak atau drama sederhana.
Apresiasi adalah pengenalan terhadap tingkatan pada nilai-nilai yang lebih
tinggi. Artinya, seseorang yang memiliki apresiasi terhadap sesuatu, mampu
menetapkan dengan tepat bahwa sesuatu itu baik, kurang baik, atau buruk.
Meningkatkan apresiasi siswa berarti meningkatkan kemampuan memahami,
menikmati, dan menilai suatu karya sastra. Dengan kata lain, kemampuan
berapresiasi, dapat pula ditafsirkan sebagai tingkat kepekaan siswa terhadap
nilai-nilai karya satra.
Berikut ini disajikan sejumlah teknik pengajaran sastra. Setiap teknik diberi
penjelasan secara singkat. Kemudian disertakan juga contoh penggunaannya dalam
bentuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Teknik yang dimaksud antara lain:
a. Teknik Memperkenalkan
Teknik memperkenalkan biasa digunakan pada siswa kelas-kelas rendah. Melalui
teknik ini siswa diarahkan kepada contoh-contoh karya sastra seperti puisi,
prosa, dan drama sederhana. Pengenalan hasil sastra merupakan jembatan ke arah
mencintai hasil sastra.
Proses pengenalan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai saluran. Misalnya
pendengaran seperti menyimak pembacaan puisi-puisi pendek, kutipan prosa atau
drama. Pengenalan itu dapat pula melalui menyimak dan mengucapkan kembali,
menyimak dan menuliskan kembali, membaca dan menyalin atau menonton
dramatisasi, pementasan, dan deklamasi. Jadi pengenalan hasil sastra dapat dilakukan
melalui telinga mata, atau saraf (gerak tangan).
1). Simak
Bahan yang disampaikan harus dipilih dengan sebaik-baiknya. Taraf kesukaran,
bahasa, struktur harus berimbang dengan kemampuan siswa. Bahasa tersebut akan
lebih baik lagi apabila berada dalam pusat minat siswa.
2). Simak – Ulang Ucap
Pelaksanaannya adalah seperti berikut. Bahan itu disampaikan secara lisan
kemudian siswa mengulangi ucapan guru. Atau bahan itu direkam dalam pita suara
dan diperdengarkan kepada siswa. Kemudian siswa mengulangi ucapan seperti suara
rekaman.
3). Simak-Tulis
Pada teknik simak-tulis kegiatan diikuti oleh menuliskan apa yang telah
disimak. Karena itu bahan yang telah dipersiapkan dalam teknik simak – ulang
ucap dapat digunakan sepenuhnya dalam pelaksanaan simak-tulis.
Guru : Di sini senang
Di sana senang
Di mana-mana kita senang.
Siswa : (Menulis, rekamannya seperti berikut)
Di sini senang
Di sana senang
Di mana-mana kita senang.
b. Teknik Menjawab Pertanyaan
Menjawab pertanyaan mengenai isi bacaan sering sekali dipraktekkan dalam
pengajaran bahasa. Hal ini pun dapat dilakukan dalam pengajaran sastra. Salah
satu cara untuk mengukur pemahaman siswa terhadap suatu karya sastra ialah
melalui jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi
karya sastra tersebut.
6. Teknik Pengajaran Kebahasaan
Pengajaran kebahasaan adalah salah satu aspek pengajaran bahasa Indonesia di SD
yang meliputi: struktur kata, bentuk-bentuk kata, cara pembentukan kata,
susunan kata dalam kelompok kata dalam klausa dan dalam kalimat, serta seluk
beluk dalam kalimat. Tujuan pengajaran kebahasaan adalah agar siswa memahami
struktur dasar bahasa serta dapat menerapkannya dalam kalimat baik secara lisan
maupun tulisan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajaran kebahasaan tidak boleh berhenti pada pemahaman teori atau struktur
dasar bahasa saja tetapi harus dilanjutkan sampai keterampilan menggunakan
struktur itu. Mereka harus diberi kesempatan luas bagaimana menggunakan bahasa.
Siswa belajar memahami makna kata serta penggunaannya dalam kalimat. Jadi siswa
diberi kesempatan mempelajari aturan bahasa dan penerapan aturan itu dalam
kegiatan berbahasa.
Melalui pengajaran kebahasaan guru mengarahkan siswanya agar:
1) memahami konsep struktur dasar bahasa Indonesia,
2) dapat membentuk kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat,
3) dapat menerapkan struktur dasar bahasa dalam kalimat baik secara lisan
maupun tulisan,
4) dapat menerapkan struktur bahasa tersebut dalam penggunaan bahasa sebagai
alat berkomunikasi.
Berikut ini dibahas sejumlah teknik pengajaran kebahasaan. Setiap teknik akan
diberi penjelasan dan contoh penerapannya dalam bentuk kegiatan guru dan siswa
dalam kelas. Teknik pengajaran kebahasaan yang dimaksud, antara lain:
a. Teknik Melengkapi Kalimat
Ada beberapa cara yang digunakan dalam melengkapi kalimat. Pertama
menyempurnakan afiksasi pada kata yang belum sempurna bentuknya, misalnya
awalan, sisipan, akhiran, atau awalan dan sisipan. Kedua mengalihkan kelas
kata, misalnya dari kata benda menjadi kata sifat. Ketiga menjadikan kata dasar
menjadi kata ulang. Keempat menggantikan kata kepunyaan dengan bentuk –ku, -mu,
-nya.
b. Teknik Menjawab Pertanyaan
Tanya jawab atau menjawab pertanyaan adalah salah satu cara untuk memancing
siswa berekspresi. Ekspresi atau jawab siswa dalam kalimat sempurna sangat
efektif dalam melatih siswa menyusun kalimat. Secara tidak sadar mereka
diarahkan menyusun kalimat yang baik dan benar
.
DAFTAR PUSTAKA
De Porter, Bobbi dkk. Quantum Learning. Bandung: Kaifa. 2002.
. Quantum Teaching.
Bandung: Kaifa. 2002.
Hernowo, Quantum Writing. Bandung: Mizan Learning Center. 2003.
Karsimin, Akung Keterampilan Dasar Mengajar (Modul Umum). Departemen Pendidkan
Nasional, Direktoratt Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Dierktorat
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 2002.
Nasution. Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar dan Mengajar.. Jakarta : PT
Bina Aksara. 1984.
Nurhadi, Agus Gerrad Senduk. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam
KBK. Surabaya: Universitas Negeri Malang. 2003.
Parera, J.D., Leksikon. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Popham, W. James dan Eva L. Baher. Bagaimana Mengajar Secara Sistematis.
Yogyakarta: Kanisius, 1984.
Purwanto, Ngalim dan Djenian Alim. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar. Bandung: PT Rosda Jaya Putra, 1997.
Saliwangi, Basennang. Pengantar Strategi Belajar Bahasa Indonesia.
Malang: IKIP Malang, 1989.
Sudarmanto, Y.B. Tuntutan Metodologi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. 1993.
Sudaryanto, Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kompetensi di SMU,
Diklat Instruktur Guru Bahasa Indonesia SMU. Pusat Pengembangan Penetaran Guru
Bahasa, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.